 ANAK MUDA & TRADISI
ANAK MUDA & TRADISI
Kebudayaan yang melekat dan menjadi identitas kultural masyarakat, senantiasa 
tumbuh bersama perubahan sosial di dalam masyarakat beserta faktor internal/eksternal 
yang mempengaruhinya. Tradisi yang kita miliki dan telah mengakar kuat pada kehidupan, 
menjadi landasan yang kokoh untuk menjaga keseimbangan di dalam proses perkembangan 
sosial beserta kebudayaan. Kesenian sebagai salah satu bentuk kebudayaan, memiliki 
kemampuan untuk melakukan proses adaptasi dan interaksi dengan nilai-nilai modernisme. 
Bentuk-bentuk kebudayaan massa (pop) dengan segala variannya, hendaknya disikapi 
secara arif dan dilihat dengan perspektif yang terbuka. Bukan dijadikan sebagai 
sebuah permasalahan besar dalam konteks sosial dan budaya (tradisi). Begitu pula 
dalam memahami tradisi, karena tradisi juga mengalami perkembangan (perubahan) 
dalam perjalanan waktunya. Keterbukaan wawasan dalam bersikap menjadi kunci utama 
untuk menemukan kebersamaan di antara perbedaan-perbedaan yang ada. 
Kesadaran terhadap situasi inilah yang menjadi motivasi panitia Festival Kesenian 
Yogyakarta 2007 (FKY 2007), dalam memberikan perhatian khusus terhadap generasi 
muda sebagai tema besar pada pelaksanaannya. Ini merupakan bentuk kepedulian terhadap 
nilai-nilai tinggi seni tradisi yang masih relevan bagi pertumbuhan generasi muda. 
Sehingga mereka yang tumbuh di dalam era keterbukaan ini, mampu memanfaatkannya 
pada setiap momen dan ruang pergerakan secara individu ataupun secara komunal, 
guna menemukan identitas baru tanpa kehilangan pijakan dasarnya. Keterbatasan 
pengetahuan dan referensi, mengakibatkan pemahaman serta sikap yang tidak tepat 
terhadap lingkungan budaya di sekitar mereka. Disinilah media pembelajaran tentang 
kebudayaan harus bekerja sesuai dengan konteks waktu dan ruangnya. Pengetahuan 
terhadap kebudayaan masa lalu (tradisi), akan sangat membantu dalam melakukan 
interpretasi dan adaptasi dengan kebudayaan dari luar (asing), juga untuk membaca 
fenomena sosial dan perkembangannya saat ini dan di masa depan. 
WAYANG KULIT SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN KARYA
Wayang kulit merupakan bentuk seni pertunjukan tradisi yang telah menjadi identitas 
bangsa Indonesia, telah diakui sebagai warisan budaya dunia. Bukan hanya keindahan 
karya seni semata, pentas wayang kulit adalah sebuah bentuk pertunjukan multimedia 
yang utuh dalam sebuah kesatuan yang luar biasa. Cerita-cerita yang ditampilkannya 
pun memiliki makna dan pesan bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan alam semesta. 
Namun, di tengah perkembangan jaman dengan segala perubahan sosial yang terjadi 
di dalam pertumbuhan masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi yang membuka 
batas-batas jendela mata dunia, wayang kulit pun telah bergeser fungsi dan peranannya 
di dalam masyarakat. 
Berangkat dari pemahaman tersebut di atas,  FKY 2007 akan menggelar pertunjukan yang mengolah bentuk dan ruang artistik 
pertunjukan wayang kulit sebagai basis penciptaan. Sebuah pertunjukan yang merupakan 
representasi dialetika kreatif antara tradisi dan modernisasi, melalui penjelajahan 
estetis seni tradisi dan non tradisi. Pentas ini terinspirasi dari pencapaian 
kualitas bentuk pertunjukan multidimensional pada pentas wayang kulit, dengan 
konsep dan ruang pertunjukan yang berbeda dan sentuhan modern yang berbasis teknologi. 
Sehingga medan eksplorasi serta interaksi akan menjelajahi seluruh elemen estetika 
seni serta mengelaborasikannya dalam sebuah tontonan anak muda yang energik, dinamis 
& edukatif. 
WAYANG PIXEL
Sebuah program pertunjukan multimedia (visual art, tari, musik & sastra) 
yang mengolah potensi dan konsep pertunjukan wayang kulit sebagai sumber estetika 
dan bangunan artistiknya. Program ini merupakan sebuah upaya interpretasi dan 
upaya untuk mencermati pertunjukan wayang kulit, guna dijadikan pijakan bagi penciptaan 
sebuah karya seni pertunjukan baru. Dalam hal ini, wayang kulit dijadikan sebagi 
sumber inspirasi dan penafsiran bagi pengembangan bentuk pemanggungan beserta 
ruang pertunjukannya. Tujuan dari program ini adalah memberikan peluang dan ruang 
bagi anak-anak muda (khususnya di kota) untuk melakukan proses apresiasi dan pemahaman 
terhadap seni tradisi, melalui bentuk pertunjukan seni yang menghibur, atraktif 
dan edukatif. Program ini pun dikerjakan oleh sebuah tim kreatif yang terdiri 
dari seniman muda lintas media. Dengan demikian, diharapkan perkembangan seni 
tradisi dalam ruang dan waktunya, menjadi bagian yang bersifat imanent dan integral 
di dalam pertumbuhan sebuah generasi. Selain untuk mendekatkan pertunjukan ini 
kepada publik (khususnya kalangan muda), pemilihan lokasi pementasan di dalam 
mall (pusat perbelanjaan) juga bertujuan untuk mendinamisir keberadaan mall sebagai 
ruang publik yang akomodatif terhadap perkembangan seni budaya.
Pentas wayang pixel mengangkat cerita dari epos Ramayana, yaitu kisah percintaan 
Rama dan Sinta. Pemilihan cerita ini berdasar bahwa, secara umum kalangan ank 
muda mengenal kedua tokoh dalam Ramayana tersebut, walaupun mereka tidak tahu 
persis tentang Ramayana secara keseluruhan. Pentas wayang pixel dihadirkan dalam 
bentuk penuturan yang komunikatif dan alur cerita yang mudah dipahami, untuk membantu 
dan mengantar keseluruhan pertunjukan ini masuk ke dalam wilayah apresiasi anak 
muda, tanpa kehilangan kualitas dan aktualitasnya. Beberapa hal yang menjadi bagian 
penting dalam membangun konsep dan bentuk pertunjukan wayang pixel, yaitu:
1) Teks pertunjukan ditulis dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan pola macapat 
(palaran) Jawa.
2) Desain panggung memadukan bentuk-bentuk dasar konstruksi candi dan gedung/kota.
3) Musik pertunjukan mengolah warna dan karakter musik tradisional dengan teknik 
berbasis teknologi (komputer), serta memadukannya dengan bentuk musik yang bernuansa 
pop.
4) Penggarapan visual melalui video (video image) dikerjakan dengan mengolah 
bentuk dan gerak wayang tradisional yang ditampilkan dengan teknik animasi.
5) Pemahaman wayang yang digunakan dalam pertunjukan ini terdiri dari 3 macam: 
wayang mika,  wayang orang (penari) dan wayang video (animasi).
Klik di sini untuk menuju halaman FKY XIX 2007


 
						
 
				 
				 
				 
				 
				 
				 
						
Kirim Komentar