Pendidikan

Menolak Lupa Mengurangi Resiko Bencana

Oleh : Budi W / Senin, 00 0000 00:00
Menolak Lupa Mengurangi Resiko Bencana



Sebanyak 5 juta penduduk Indonesia hidup berdekatan dengan wilayah rawan bencana Tsunami, 129 gunung aktif tersebar diseluruh nusantara dan sedikitnya terdapat 13 jenis bencana mengancam warga masyarakatnya.

Tak perlulah belajar hingga ke Jepang untuk mengetahui tanda-tanda adanya Tsunami. Kearifan lokal semacam bencana gempang di Bantul dan Gunung Merapi di Sleman sesungguhnya dapat dipelajari dan mengakrabi peristiwa alam yang sewaktu-waktu dapat memakan korban jiwa.

Tragedi tewasnya belasan warga di Sinabung kemarin (01/02) menunjukkan kita lupa terhadap mitigasi bencana. Tahap penanganan bencana selalu luput dari benak kita, akankah korban jiwa semakin banyak?. Disisi lain, penanganan pengungsi yang hingga kini berjumlah 30 ribu jiwa membuat pemerintah provinsi kelimpungan. Dana yang dialokasikan tak cukup, hal ini membuat penghuni di kamp pengungsian depresi hingga ada yang limbung melakukan percobaan bunuh diri.

"Peristiwa seperti ini saja sudah merupakan bencana psikologi yang sangat besar, ditambah lagi mereka belum berpengalaman merespon adanya bencana," jelas Dekan Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D.

Melalui momentum seperti ini, Tim Psikologi UGM berupaya memberikan penguatan psikologi pada korban bencana Sinabung agar tidak terjadi hal-hal lain yang lebih memilukan. Upaya konstruktif yang sedang di godog UGM antara lain melakukan upaya pendampingan korban agar mereka tidak jenuh, depresi, serta mengalami trauma mendalam akan peritiwa tersebut. "Erupsi disana memang tidak sebesar merapi, namun dampak kesehatan psikososial amat besar," tukasnya.

Melalui program DERU (Disaster Response Unit) UGM, tim yang terdiri dari 17 mahasiswa dan 3 orang dosen pendamping siap diterbangkan ke Tanah Karo 11 Februari mendatang. Mereka bertugas memberikan bantuan psikososial. Meskipun pekerjaan tersebut amat berat, namun upaya berkoordinasi dengan fakultas Psikologi lain di DIY dan Sumatra Utara juga dilakukan secara seksama.

Penanganan psikologi seperti pengalaman yang telah dilalukan di Tsunami Aceh, gempa Bantul, erupsi Merapi diharapkan menjadi saku pengalaman yang cukup untuk segera melakukan tindakan. Setiba di kamp pengungsian nanti, segera kemudian dilakukan upaya pengkategorian masalah baik yang dapat dilakukan oleh psikolog, mahasiswa profesi psikologi hingga relawan umum.

Secara umum, karena mitigasi mencakup edukasi, dan edukasi menjadi tanggung jawab negara, harus dikatakan bahwa negara gagal mengedukasi sekaligus menyadarkan masyarakatnya untuk sadar dalam upaya mengurangi resiko bencana. Hendaknya bencana yang terjadi di Tanah Karo tersebut menjadi peristiwa yang dapat mengingatkan kita untuk menolak lupa bahwa bangsa ini perlu melakukan tindakan mitigasi.  


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini